Novel dan Kitab UIama.

http://anatomidakwah.blogspot.com/2014/04/novel-dan-kitab-uiama.html
Novel dan Kitab UIama.
Saya tidak membandingkan keduanya, karena dari derajat tentu kitab ulama lebih tinggi, ia adalah samudera bagi orang yang haus, ia adalah lentera bagi peniti jejak. Namun, kita tengah terjebak dalam kebobrokan multidimensi. Kehausan hanya menemukan fatamorgana dan kegelapan menepatkan hati dalam kebimbangan. Manusia bingung mencari muaranya, bergerak dalam lingkup-lingkup yang membingunakan.
Manusia perpaling dari petunjuak Illahiyah, mereka berpaling dari pewaris risalah Rosulullah, ulama ditinggalkan. Kitab ulama seakan penghias rak-rak pesantren, pemanis lisan dalam nasehat-nasehat agama, jauh dari implementasi nyata dalam tataran kehidupan manusia. Kita menjauh sejauh-jauhnya dari pelita abad,
Manusia lebih suka membaca novel-novel, terilhami dan muncul film-film. Dibedah dengan ribuah peserta, dijual dengan harga tinggi, diberi penghargaan, dibicarakan, dan penuh pemaknaan.
Ternyata kalau kita mengkaji, ada sebuah novel berjudul Amile dari JJ Rousseau yang bercerita tentang pendidikan anak, dan celakanya novel ini menjadi rujukan diseluruh dunia. Padahal dia sendiri adalah orang yang menghamili pembantunya, membuang lima anaknya. Bagaimana mungkin menjadi rujukan ?
Novel lain yang mengilhami adalah novel Habis Gelap Terbitlah Terang dari RA Kartini yang mengilhami gerakan emansipasi wanita. Atau novel-novel lainnya.
Secara fakta kekuatan pemikiran bisa merubah peradaban, diterima dan lebih konsisten. Namun saat kita salah mengambil pemikiran maka kita akan terkungkung dalam keadaan yang sulit. Saya tidak sedang mengatakan bahwa novel tidak ada manfaatnya, bukan. Tapi kita harus selektif dalam pemikiran.
Saya tidak membandingkan keduanya, karena dari derajat tentu kitab ulama lebih tinggi, ia adalah samudera bagi orang yang haus, ia adalah lentera bagi peniti jejak. Namun, kita tengah terjebak dalam kebobrokan multidimensi. Kehausan hanya menemukan fatamorgana dan kegelapan menepatkan hati dalam kebimbangan. Manusia bingung mencari muaranya, bergerak dalam lingkup-lingkup yang membingunakan.
Manusia perpaling dari petunjuak Illahiyah, mereka berpaling dari pewaris risalah Rosulullah, ulama ditinggalkan. Kitab ulama seakan penghias rak-rak pesantren, pemanis lisan dalam nasehat-nasehat agama, jauh dari implementasi nyata dalam tataran kehidupan manusia. Kita menjauh sejauh-jauhnya dari pelita abad,
Manusia lebih suka membaca novel-novel, terilhami dan muncul film-film. Dibedah dengan ribuah peserta, dijual dengan harga tinggi, diberi penghargaan, dibicarakan, dan penuh pemaknaan.
Ternyata kalau kita mengkaji, ada sebuah novel berjudul Amile dari JJ Rousseau yang bercerita tentang pendidikan anak, dan celakanya novel ini menjadi rujukan diseluruh dunia. Padahal dia sendiri adalah orang yang menghamili pembantunya, membuang lima anaknya. Bagaimana mungkin menjadi rujukan ?
Novel lain yang mengilhami adalah novel Habis Gelap Terbitlah Terang dari RA Kartini yang mengilhami gerakan emansipasi wanita. Atau novel-novel lainnya.
Secara fakta kekuatan pemikiran bisa merubah peradaban, diterima dan lebih konsisten. Namun saat kita salah mengambil pemikiran maka kita akan terkungkung dalam keadaan yang sulit. Saya tidak sedang mengatakan bahwa novel tidak ada manfaatnya, bukan. Tapi kita harus selektif dalam pemikiran.