'Tabayun' Demokrasi.

Jika ada kabar berita dari orang fasik maka periksalah/tabayun kalau tidak maka dikhawatirkan akan menimpakan sebuah musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan yang menyebabkan menyesal atas perbuatan itu. Maka dari situ perlu adanya pemeriksaan dengan teliti terhadap berita dari orang fasik. Jika dijabarkan maka perlu adanya proses tabayun juga pada demokrasi ini, karena.

1) Ia adalah produk dari barat atau dari kaum kafir, tentu lebih buruk dari fasik
2) Demokrasi itu sebuah sistem yang tidak mampu diserap begitu saja tanpa tahu 'pemahamannya'. Artinya butuh pemahaman agar saat mengambil tidak mungkin salah.
3) Demokrasi itu sistem yang didalamnya mengikat 'amal' yaitu tentang penentuan hukum maka jangan sampai ada penyesalan karena amal dalam demokrasi.

Maka kalau kita boleh berkata, bahwa amal/perbuatan/action itu bisa berbuah 'kebaikan' pun bisa berbuah 'penyesalan' dalam perkara demokrasi ini. Action yang kemudian pasti akan berbuah penyesalan adalah mereka berloyalitas terhadap undangg-undang dan membuat undang-undang bukan berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah yang wujudnya kita jumpai saat ini karena secara qath'i/pasti itu adalah perkara yang haram dengan disebutkan orang yang melakukan itu bisa menjadi dzalim, fasik, atau kafir. Kemudian untuk sampai pada action yang membawa kebaikan disyaratkan ada dua hal yang harus terpenuhi, niat ikhlas mengharap ridha Allah kemudian berdasarkan cara Rosulullah atau ittiba' kepada Rosulullah.

Saya merasa faqir atas hal itu maka saya akan kutipkan pendapat ulama, Syeikh Sayyid Quthb dalam kitabnya Ma'alim fi ath Thariq. Di kitab yang kemudian diterjemahkan menjadi Petunjuk Sepanjang Jalan yang beliau tulis dalam ruang penjara sebelum harus digantung akibat keistiqamahan beliau memerangi rezim dzalim, semoga Allah menempatkan beliau ditempat para syuhada, karena dalam sebuah riwayat bahwa penghulu para syuhada adalah Hamzah dan orang yang mengatakan kedzaliman penguasa kemudian ia terbunuh karenanya.

Beberapa orang yang kurang faham mengatakan bahwa metode dakwah dengan lisan itu adalah 'omong doang' sedangkan kerja nyata dalam ranah demokrasi adalah 'ikut dalam pemilu'. Saya tidak akan menjelaskan hukum dari demokrasi bahwa ia memang nyata sebagai sistem kufur dimana kita haram untuk mengambilnya, namun saya akan mengatakan dimana orang yang kurang faham terhadap demokrasi dan tidak memeriksa beranggapan dengan ikut pemilu ia telah melakukan kerja dan amat disayangkan jika kemudian mereka menyesalinya. Berikut tulisan panjang syeikh Sayyid Quthb.

"Mungkin ada orang berkata: bhawa Nabi Muhamrriad SAW itu bisa menggunakan pengaruh pribadinya yang terkenal jujur dan disanjung ramai, karena pernah diangkat menjadi hakim menyelesaikan persengketaan suku-suku Arab mengenai HAJAR ASWAD, dan semua golongan berpuas hati menerima keputusan yang beliau lakukan itu, lima belas tahun sebelum beliau dilantik menjadi Rasul, ditambah pula dengan pengaruh keturunan dan kedudukan tinggi beliau di kalangan Bani Hasyim orang mengatakan bahwa beliau mampu dan berupaya membangkitkan rasa kebangsaan Arab yang telah porak poranda akibat luasnya rasa dendam-mendendam dan hasad dengki, untuk mengarahkan mereka ke arah faham perkauman dan kebangsaan, bagi menebus dan merebut semula tanah air mereka dari tangan kerajaan-kerajaan yang menjajah dan menakluknya, iaitu kerajaan-kerajaan Romawi dan Parsi dan mengibarkan bendera kebangsaan Arab serta mendirikan sebuah Negara Nasional Arab di seluruh Semenanjung Arabia.

Mungkin ada pula orang yang berpendapat bahawa Nabi Muhammad SAW itu lebih bijaksana, setelah seluruh bangsa Arab mengikutnya dan mengiktiraf beliau sebagai pemimpin kebangsaan, dan setelah dapat mengumpulkan kuasa di dalam tangannya, jika beliau pergunakan kesempatan itu untuk menegakkan kalimah tauhid, untuk membawa umat manusia tunduk kepada kekuasaan Ilahi setelah mereka tunduk di bawah kekuasaan duniawi beliau.

Tetapi Allah SWT - Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana telah tidak mengarahkan Rasulullah SAW berbuat demikian, malah diarahkannya supaya bertahan dengan ikrar dan syahadat LA ILAAHA ILLALLAH itu dan supaya sanggup menanggung derita akibatnya, bersama-sama dengan para sahabat beliau yang terlalu kecil jumlahnya itu."

Maka perbuatan 'merebut hati' yang ramai kita ketemukan tanpa ada edukasi umum tentang tauhid baik itu tauhis rububiyah, uluhiyah, dan asma wa sifat bukanlah aktivitas/action yang diperintahkan Allah. Maka menampilkan sesosok sebaik apapun, bahkan mungkin selevel sahabat kemudian menguasai bangsa secara dunia dan dengan kekuatan itu diarahkan rakyat untuk mentauhidkan Allah adalah perkara yang tidak diperintahkan oleh Allah berdasarkan pendapat syeikh yang mulia tersebut. Kemudian kita simpulkan bahwa jalan pemilu di era demokrasi itu bukanlah jalan yang lurus.

Kemudian persoalan belum selesai, karena kita masih bertanya lantas amal/action seperti apa yang benar ? Yaitu amal untuk menegakan kalimat syahadat, bukan sekedar menampilkan perasaan Islam dengan pengibaran bendera Rosulullah al Liwa dan ar Rayyah yang bertulis sahadat walau itu termasuk sebagiannya. Yang pokok adalah memurnikan ketauhidan didalam hati manusia dan tidak mungkin kecuali dengan cara 'berfikir' dan untuk sampai pada pemikiran itu perlu adanya obyek yang akan difikirkan. Ini bukan perkara yang mudah memang, jika kita lihat harakah Islam semisal Salafiyah, Jamaah Ansharut Tauhid, PERSIS, Hizbut Tahrir sampai detik ini belum mampu menegakan khilafah, namun amat salah jika kita harus merubah thariqah/metode ini karena inilah yang dicontohkan oleh Rosulullah, maka seburuk apapun penilaian orang kita haruslah tetap berpegang teguh pada metode ini yaitu dakwah sesuai cara Rosulullah.

Wallahu a'lam bi shawab
Bogor, 8 Jumadil Ula 1435 H
Muhammad Isnan

Related

pendidikan 6147477822249698361

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Translate

Statistik

Iklan

Silahkan hubungi kami untuk memasang iklan

Tentang

Nama : Muhammad Isnan, seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor, jurusan Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian.

Aktif di lembaga dakwah kampus, LDK BKIM IPB. Menyusuri setiap jejak langkah pejuang untuk mengembalikan kehidupan Islam dengan menerapkan syariah secara kaffah dalam naungan Khilafah.
item