Justifikasi Nasehat Agama dan Ketinggian Ilmu

http://anatomidakwah.blogspot.com/2014/03/justifikasi-nasehat-agama-dan.html
Saya termasuk orang yang membenci seorang yang menjadikan nasehat agama untuk menutupi kepentingan pribadi. Nasehat agama, dalam hadist disebutkan ad diinul nasihat, agama adalah nasehat. Namun sebagian orang salah menempatkan nasehat, misalnya dalam kehidupan suami-istri. Saat mendengar perintah 'wajib menaati suami' dan 'wajib memuliakan istri'. Maka seorang suami tidaklah patut menggunakan kata 'engkau harus menurutiku dengan ini dan ini' tapi suami harusnya memahami hadist perintah wajib memuliakan istri, sebaliknya istri tidak patut mengatakan 'engkau wajib memuliakanku dengan ini dan ini' tapi seharusnya istri memahami perintah untuk mentaati suami. Kita tidak berwenang dalam perbuatan orang lain, maka kita harusnya memfokuskan pada diri kita, bahkan mungkin itu keluarga kita. Saat Nabi Nuh as berdoa kepada Allah untuk menyelamatkan keluarganya, doanya dikabulkan tapi saat adzab banjir ditimpakan ternyata istri dan anak beliau tenggelam dalam kekafiran dan Allah mengatakan keluarga itu dalam keimanan. Dari situ kita tahu bahkan seorang nabi tidak kuasa memberi hidayah.
Seorang haruslah berbuat baik kepada saudaranya, saling menasehati, saling memberi, dan menghormati. Nasehat itu ibadah namun aspek, aspek ibadah tentu dicontohkan kita harus faham adab dalam menasehati. Maka amat berbeda saat orang yang tinggi ilmu dalam adab dengan orang yang rendah, dan yang paling rendah adalah orang yang menuntut ilmu untuk merendahkan orang bodoh, berbangga dalam majelis, dan mendebat orang alim.
Ilmu harus selaras dengan amal, ilmu itu diamalkan secara praktis sebagai bentuk ibadah bukan menjual ilmu untuk kepentingan dunia. Maksudnya mempergunakan ilmu dan membelokan maknanya untuk mengelabuhi orang bodoh. Bahkan disaat ini saat kekuasaan menjadi barang buruan yang paling dicari orang-orang mempergunakan nasehat agama untuk kepentingannya, na'udzubillah.
Mari perbanyak ilmu, bukan untuk membenarkan diri atau mencari keuntungan dunia karena kehidupan akhirat lebih patut untuk kita dambakan. Semoga kita terbebas dari kebodohan akhir zaman dan termasuk orang yang dinaungi keselamatan.
Wallahu a'lam bi shawab
18 Jumadil Ula 1435 H
Muhammad Isnan