Perjalanan itu mengajarkanku untuk mencintai

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcKYoktDfKuFPqz-Bobsy2ZNboOd-0wTj6uZBb1L58XEry1PfglcnrFZJ3RvMCNJBOCvv5bHZ52z0Pl2t8MjsTtce-ICqTRUXKWpcBUl1nUtWYow7FUmWqLFhygvP-3mwgUac0ZKomOTBQ/s1600/arti-cinta-dalam-islam-6516.jpg


Perjalanan itu mengajarkanku untuk mencintai

Terkadang pengingat-pengingat itu muncul bukan dari buku-buku atau diktat-diktat tebal yang kita baca, atau dari para motivator. Terkadang muncul secara sederhana dan terlintas begitu saja. Kemarin dalam perjalan dari Bogor ke Yogyakarta saya mendapat hikmah yang sebenarnya 'sepele' namun bagi saya itu sangat berharga.

Sopir bus yang terlihat tak muda itu menceritakan tentang anaknya dengan penuh bangganya. Anaknya setiap hari menanyakan kabar ayahnya,"Sudah makan yah, sampai dimana, ayah sehat ?" sopir itu memperagaan dengan lancar kebiasaan anaknya. Dan masya Allah, sang ayah yang sopir ini amat bahagia padahal pertanyaan itu setiap hari didengarnya. Dan beliau amat senang, bukan bosan.

Memang benar, kadang hal-hal remeh itu menambah rasa cinta, dalam sebuah hadist kita dilarang meremehkan kebaikan walau sekedar menampakan wajah berseri-seri dihadapan saudaranya. Dan ini juga pengingat bagi kita untuk terus mencintai, cinta yang ikhlas kepada setiap saudara, baik ia saudara kandung maupun seiman dan terutama kepada orang tua.

Jika sebagian dari anda memiliki kekasih dunia, kekasih halal jangan lantas ia mengalihkan cintamu kepada kedua orang tua. Imbangkanlah cinta, tempatkan secara proporsional. Dan jika engkau masih memikirkan pasanganmu yang sejatinya bukan siapa-siapa hanya ikatan emosional bernama pacaran, maka saya katakan sudahi karena hakekatnya engkau hanya membuang waktu untuk hal tidak penting. Ingatlah, waktumu memikirkan orang yang salah telah mengurangi perhatianmu untuk orang yang tepat.

Jadilah pribadi yang ringan dalam mencintai. Bukan dengan diam dan mendukung setiap kata perbuatan, tapi yang mampu memberi perhatian. Mau mengingatkan dan mau untuk mengkritik jika memang salah. Dan jangan berharap engkau akan menerima balasan, karena bisa saja cintamu kepada saudaramu bertepuk sebelah tangan. Namun hanya kepada Allah saja kita menyandarkan setiap urusan kita.

Yogyakarta, 23 Jumadil Ula 1435 H
Muhammad Isnan

Related

Maaf saya takut.

Maaf saya takut. Suatu ketika saat saya memposting sesuatu ada yang mengajak pada perdebatan. Namun ini bukan debat syar'i karena nada dalam tulisannya penuh penghinaan dan tanpa landasan i...

Nafsyiah 1 : Konsekuensi Persaudaraan

Nafsyiah 1 : Konsekuensi Persaudaraan Minggu pagi dengan suasana agak dingin, namun dihangatkan dengan silah ukhwah penghuni kosan. Sudah dijadwalkan bahwa minggu pagi adalah kajian Nafsiyah/...

Itsar kita dan mereka

Itsar kita dan mereka Itsar adalah sikap mendahulukan orang lain daripada kita. Dalam generasi awal umat Islam senantiasa para sahabar beritsar dengan itsar yang luar biasa. Mereka mendahuluka...

Posting Komentar

emo-but-icon
:noprob:
:smile:
:shy:
:trope:
:sneered:
:happy:
:escort:
:rapt:
:love:
:heart:
:angry:
:hate:
:sad:
:sigh:
:disappointed:
:cry:
:fear:
:surprise:
:unbelieve:
:shit:
:like:
:dislike:
:clap:
:cuff:
:fist:
:ok:
:file:
:link:
:place:
:contact:

Follow Us

TranslateStatistik

Translate

Statistik

5475

Iklan

Silahkan hubungi kami untuk memasang iklan

Tentang

Nama : Muhammad Isnan, seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor, jurusan Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian.

Aktif di lembaga dakwah kampus, LDK BKIM IPB. Menyusuri setiap jejak langkah pejuang untuk mengembalikan kehidupan Islam dengan menerapkan syariah secara kaffah dalam naungan Khilafah.
item