Akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak.

http://anatomidakwah.blogspot.com/2013/10/akidah-ibadah-muamalah-dan-akhlak.html

Saya tidak sedang memberi tulisan dengan pendefinisian makna dan bahasa dari judul yang saya buat. Namun dengan mudahnya akidah itu pemikiran menyeluruh tentang kehidupan, manusia, dan alam semesta serta hubungan ketinganya dengan sesuatu sebelum dan sesudah kehidupan, ibadah adalah bentuk penghambaan yang berhubungannya dengan Allah, muamalah penghambaan yang dihasilkan dari hubungan dengan orang lain, sedang akhlak dihasilkan dengan hubungannya dengan dirinya sendiri.
Pernah ada tulisan yang mengatakan bahwa Japan lebih Islami karena keteraturannya, Perancis lebih Islami dengan ketatnya prostitusi. Kesalahan fatal dari kesimpulan penulis adalah pada peletakan dasar berfikirnya. Tidak mungkin dikatakan ia sesuai yang Islami kecuali muncul dari akidah Islam, hingga sangat salah jika menyamakan demokrasi dengan Islam sedang ia tumbuh dari dua akidah yang berbeda. Dan salah mengatakan bahwa nasionalisme adalah sebagian dari iman, terlepas hadis palsu untuk membenarkannya karena keduanya muncul dari ikatan yang berbeda.
Tidak mungkin dikatakan seseorang berakhlak baik sedangkan dia kafir, karena tidak ada dosa yang melebihi kekafiran. Tidak dikatakan pula muslim yang baik hanya karena Akhlaknya baik, atau akhlak dan ibadahnya baik. Sedangkan akidahnya kacau dan muamalahnya tidak sesuai syariat. Misalnya seorang dai yang baik dengan niat baik yaitu ingin membeli motor untuk kepentingan dakwah, maka ia mengkredit motor di dealer resmi. Padahal jika kita cermati aktivitas kredit motor ini HARAM dengan keharaman yang jelas, dalam satu sisi dai ini punya niatan baik namun dari sisi muamalah dia telah salah.
Jika dakwah difokuskan pada akhlak individu maka benturan realita bahwa masyarakat itu tidak hanya berupa individu saja namun ada perasaaan, pemikiran, dan peraturan maka akan ada bahaya besar yang timbul dimasyarakat. Misalnya dari kasus diatas, maka orang akan mengira aktivitas si dai mengkredit motor adalah sesuatu yang boleh tanpa mau berfikir tentang faktanya. Dengan alasan bahwa si dai punya akhlak yang baik, dan ini jadi justifikasi pembenaran. Berbeda jika dakwah diarahkan pada pembentukan pribadi muslim(bersyakhsiyah Islamiyah) bukan hanya akhlak. Maka setiap aktivitasnya(mad'u) selalu menstandarkan pada dua aspek, aqliyah dan nafsiyah pola pikir dan pola laku yang sesuai dengan Islam bukan sesui dengan murabi/musyrif.
Banyak bahaya lain yang patut diresapi dari perjalanan dakwah dengan penekanan aspek akhlak tanpa landasan akidah, tanpa pemahaman syara tentang muamalah. Saya tidak menyinggung banyak tentang ibadah karena ini tersusun rapi dalam kitab-kitab yang jumlahnya banyak, dan ini memang identitas seseorang, bahkan menjadi identitas yang melekat. Kita dapat menyimpulkan orang yang berada dimasjid siang hari dihari jumat adalah muslim, sedang dihari minggu pagi di gereja adalah penganut agama kristen. Namun kita tidak bisa membedakannya(kecualu penampakan pakaian) dipasar itu seorang muslim atau bukan.
Akidah salah pembentukan sejak dari awalnya, maka akan banyak orang yang memiliki (seakan-akan) akhlak yang Islam padahal kalau ditelisik dalam pemikirannya tercemar dengan pemikiran kufur, namun efek dari kecenderuangan masyarakat membuat ia seakan-akan orang baik secara keseluruhan.
Semoga Allah melapangkan jalan mencari ilmu, menjadikan kita pribadi yang bersyakhsiyah Islam, menjadikan mudah untuk memahami haq dan bathil dan senantiasa bertambah ketakwaan. Semoga kita menjadi hambaNya yang memperbaiki disaat kebanyakan orang merusak, memperbaiki dengan kebenaran dihadapan Allah, bukan prasangka padahal disisiNya itu adalah kerusakan yang nyata. Semoga kita kuat menggenggam batu api dan menggigit sunnah Rosulullah dengan kebaikan Allah atas kita. aamiin.
Wallahu a'lam