Saat saya mengaji.

Saat saya mengaji.

Suatu hari saya berfikir tentang namanya 'ngaji'. Orang lain tidak perlu ngaji untuk bisa berprestasi, bahkan mungkin tidak perlu memeluk Islam. Orang lain tidak perlu membaca 'kitab gundul' menguatkan akidah untuk dapat berkarya, bahkan mungkin tidak perlu bersyahadat. Lantas kenapa saya harus ngaji ? Kenapa saya harus dihadapkan pada kajian ijtima'i ? Ijtima'i/pergaulan membuat saya tidak bisa bergaul bebas, tidak boleh berboncengan dengan lawan jenis, tidak boleh khalwat, tidak boleh ikhtilat, tidak boleh, tidak boleh. Padahal orang yang pergaulannya bebas bisa tetap berprestasi. Kenapa pula saya harus mengkaji iqtishadi/perekonomian ? Hingga saya tahu tidak boleh saham, riba, KPR, dan lainnya. Padahal yang lain dengan bergelimang riba kenapa bisa kaya ? Kenapa saya harus belajar syakhiyas Islamiyah/kepribadian Islam, yang amat rumit karena ini seperti pencarian antara banyak pendapat untuk sampai pada pendapat terkuat. Padahal mereka banyak yang tidak tahu amalnya tetap dikatakan 'shaleh'.

Apa yang saya cari ?

Saudaraku, aku menyadari seluruh aspek dalam hidupku Allah adalah penyediannya. Alangkah kufur jika aku tak mencurahkan segalanya untukNya. Mungkin orang tak tahu apa yang aku ketahui, orang memandang sebelah mata terhadapku. Namun, dengan ngaji saya merasa amat senang. Seakan-akan saya sedang bercengkrama dengan Allah. Merasa Allah selalu ada untukku. Masalah kadang begitu bayak, begitu menyesak, bahkan kadang menangis sedih. Namun la tahzan, innalllaha ma ana, ngaji seperti perjalanan spiritual meniti jannah.

Namun aku tak boleh melupakan, bahwa bagi yang ngaji perlu prestasi, perlu karya, perlu shalih. Bukan justru karena ngaji kita meremehkan prestasi, karya, dan amal shalih. Namun yang ngaji semua hanya pada hadapan Allah. Mungkin memang mereka hanya menilai goresan pena dalam essay atau paper kelas dunia, dan bagi kita ada tetasan air mata dalam sujud penghambaan dan tawakal, mungkin orang berkarya adalah dengan membuat paten yang kelas dunia, namun bagi kita mungkin karya adalah mengajarkan manusia untuk tetap tunduk dan menuntut ilmu. Mungkin bagi mereka shalih adalah baju koko, namun bagi kita adalah kebenaran amal atas sunnah menjadi shalih dihadapan Allah.

Pernah ada seorang ibu melarang anaknya ngaji karena ia melihat keluarganya yang ngaji justru jauh dari baik, membatah orang tua, tak menghormati, dan sebagainya. Mungkin ada yang melarang karena yang mengaji justru berantakan akademiknya atau malah drop out. Innalillahi, semoga ngaji adalah jalan spiritual kita menuju kebaikan, baik yang nampak atau tersembunyi karena Allah tak akan menyiakan amalan kita.

Wallahu a'lam.

Related

pergaulan 4249370836389240405

Posting Komentar

emo-but-icon
:noprob:
:smile:
:shy:
:trope:
:sneered:
:happy:
:escort:
:rapt:
:love:
:heart:
:angry:
:hate:
:sad:
:sigh:
:disappointed:
:cry:
:fear:
:surprise:
:unbelieve:
:shit:
:like:
:dislike:
:clap:
:cuff:
:fist:
:ok:
:file:
:link:
:place:
:contact:

Follow Us

TranslateStatistik

Translate

Statistik

5475

Iklan

Silahkan hubungi kami untuk memasang iklan

Tentang

Nama : Muhammad Isnan, seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor, jurusan Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian.

Aktif di lembaga dakwah kampus, LDK BKIM IPB. Menyusuri setiap jejak langkah pejuang untuk mengembalikan kehidupan Islam dengan menerapkan syariah secara kaffah dalam naungan Khilafah.
item