Negara darurat kepemimpinan.

http://anatomidakwah.blogspot.com/2013/09/negara-darurat-kepemimpinan.html
Negara darurat kepemimpinan.
Tidak ada satupun orang yang tidak tahu kayanya negeri ini, tidak ia
dari kalangan terpelajar sampai mereka yang tinggal dikolong jalan.
Tidak pula ada yang membantah bahwa negeri ini krisis kepemimpinan. Saya
tidak sedang mengatakan pemimpin, karena negeri ini sememangnya punya
pemimpin namun tidak punya jiwa kepemimpinan.
Ingat sebuah
kata-kata cak Nun bahwa pemimpin itu yang dihati dan fikirannya ada
rakyat, bukan yang dihati dan fikirannya mementingkan dirinya,
golongannya, serta sekat lain yang memuakan. Akibat minim kepemimpinan
maka disorientasi kepemimpinan menjadi amat mengkhawatirkan. Media dan
sebagian kalangan memuji sikap heroik seakan sesuatu yang menakjubkan,
misalnya sikap menteri yang kesal dengan petugas tol, atau pejabat yang
keluyuran menemui rakyatnya, atau sikap pemimpin yang berkendara dengan
sepeda. Padahal dilihat dari segi manapun, kebangkitan dan proses
kemajuan bukanlah perjalanan parsial sebuah kepemimpinan.
Dalam kitab Nizham al Islam(Peraturan hidup dalam Islam) dibahas
tentang kepemimpinan ini dengan judul qiyadah fikriyah atau kepemimpinan
berfikir. Inilah seharusnya yang terinstal dalam benak pemimpin
terkhusus seorang muslim. Bahwa dalam kepasitasnya sebagai pemimpin
mereka memiliki seperangkat aturan yang disediakan yaitu Quran, dan
sebagai muslim wajib menolak segala apa yang bertentangan dengannya.
Perubahan mendasar dari cara berfikir akan sampai pada perasaan
penghambaan kepada Allah semata, tidak patuh pada peraturan sedang itu
maksiat kepadaNya.
Kemudian bagi mereka ada sebuah ghirah untuk
menggali terus keilmuan tentang peraturan dalam Islam kemudian sampai
pada keyakinan untuk memperjuangkan 'kehidupan Islam' yang kini
tercabik-cabik oleh mereka selayaknya sabda Rosulullah bahwa kita
benar-benar kena wabah whan, cinta dunia takut mati.
Perjuangan
yang realistis adalah menempatkan kepemimpinan pada Islam, tidak
mengambil apapun selain dari pancaran akidah bukan dengan jalan
menempatkan Muslim sebagai pemimpin. Karena dengan hanya menenpatkan
muslim atau mempertontonkan kesholehan individu kita akan menyadari
bahwa individu itu lemah dan serba kurang, sehingga akan ada namanya
kudeta, pengucilan, atau yang semisal. Memperkokoh akidah menjadi amat
penting dalam hal ini. Karena sejatinya kepemimpinan Islam adalah
apa-apa yang muncul dari cahaya akidah Islam.
Wallahu a'lam.

Tidak ada satupun orang yang tidak tahu kayanya negeri ini, tidak ia dari kalangan terpelajar sampai mereka yang tinggal dikolong jalan. Tidak pula ada yang membantah bahwa negeri ini krisis kepemimpinan. Saya tidak sedang mengatakan pemimpin, karena negeri ini sememangnya punya pemimpin namun tidak punya jiwa kepemimpinan.
Ingat sebuah kata-kata cak Nun bahwa pemimpin itu yang dihati dan fikirannya ada rakyat, bukan yang dihati dan fikirannya mementingkan dirinya, golongannya, serta sekat lain yang memuakan. Akibat minim kepemimpinan maka disorientasi kepemimpinan menjadi amat mengkhawatirkan. Media dan sebagian kalangan memuji sikap heroik seakan sesuatu yang menakjubkan, misalnya sikap menteri yang kesal dengan petugas tol, atau pejabat yang keluyuran menemui rakyatnya, atau sikap pemimpin yang berkendara dengan sepeda. Padahal dilihat dari segi manapun, kebangkitan dan proses kemajuan bukanlah perjalanan parsial sebuah kepemimpinan.
Dalam kitab Nizham al Islam(Peraturan hidup dalam Islam) dibahas tentang kepemimpinan ini dengan judul qiyadah fikriyah atau kepemimpinan berfikir. Inilah seharusnya yang terinstal dalam benak pemimpin terkhusus seorang muslim. Bahwa dalam kepasitasnya sebagai pemimpin mereka memiliki seperangkat aturan yang disediakan yaitu Quran, dan sebagai muslim wajib menolak segala apa yang bertentangan dengannya. Perubahan mendasar dari cara berfikir akan sampai pada perasaan penghambaan kepada Allah semata, tidak patuh pada peraturan sedang itu maksiat kepadaNya.
Kemudian bagi mereka ada sebuah ghirah untuk menggali terus keilmuan tentang peraturan dalam Islam kemudian sampai pada keyakinan untuk memperjuangkan 'kehidupan Islam' yang kini tercabik-cabik oleh mereka selayaknya sabda Rosulullah bahwa kita benar-benar kena wabah whan, cinta dunia takut mati.
Perjuangan yang realistis adalah menempatkan kepemimpinan pada Islam, tidak mengambil apapun selain dari pancaran akidah bukan dengan jalan menempatkan Muslim sebagai pemimpin. Karena dengan hanya menenpatkan muslim atau mempertontonkan kesholehan individu kita akan menyadari bahwa individu itu lemah dan serba kurang, sehingga akan ada namanya kudeta, pengucilan, atau yang semisal. Memperkokoh akidah menjadi amat penting dalam hal ini. Karena sejatinya kepemimpinan Islam adalah apa-apa yang muncul dari cahaya akidah Islam.
Wallahu a'lam.
Diposting oleh
Unknown