Itsar kita dan mereka

http://anatomidakwah.blogspot.com/2013/09/itsar-kita-dan-mereka.html

Itsar kita dan mereka
Itsar adalah sikap mendahulukan orang lain daripada kita. Dalam generasi awal umat Islam senantiasa para sahabar beritsar dengan itsar yang luar biasa. Mereka mendahulukan saudaranya dari kepentingan dirinya. Bahkan diceritakan ada yang beritsar dalam perang terhadap tiga orang yang mana kemudian ketiganya syahid, ada itsar dalam hal percintaan seperti cintanya Salman, atau contoh yang amat banyak. Namun dalam hal amal mereka selalu menunjukan diri menjadi yang utama. Dalam suatu masa Rosulullah akan menunjuk seorang panglima perang keesokan hari maka seluruh sahabat datang dan berbaris menunjukan bahwa dia yang paling pantas. Atau saat datang peminta-minta dan Rosulullah menanyakan siapa yg akan hendak memberi makan maka sahabat sebagaimana miskinya tetap mengajukan diri. Bahkan sahabat itu tidak memiliki makanan kecuali hanya sedikit yg kemudian keluarganya tak makan malam itu.
Ini amat berbeda dengan realitas sekarang. Jika ada jabatan strategis dalam pemerintahan atau ada apapun tentang keduniaan kita berebut. Sedang dalam masalah dakwah dan amal kita itsar, 'sudah antum saya yg jadi ketua LDK', 'sudah antum saja yang jadi ketua pelaksana kegiatan, 'antum yg jadi kepala divis ya'. Seakan itu sebuah yang mendarah daging, dan memang menjadi sebuah kewajaran. Nilai amal yg besar yg seharusnya berebut justru itsar. Namun bagi sebagian kalangan atau organisasi justru berbondong-bondong ingin mencalonkan diri jadi anggota dewan, kepala desa, atau jabatan strategis lain karena masalah keduniaan.
Alangkah indah jika kita menempatkan itsar ini pada yg seharusnya dan yg telah dicontohkan para ulama salaf, kita berlomba-lomba dalam amal dan itsar untuk urusan keduniaan. Kita menyadari lemahnya kita, kurangnya amal kita. Untuk itu kita sebaiknya saling mengingatkan dengan pengingat yang baik. Kita menambah amal dengan tuntunan yang benar. Kita adalah hamba Allah yang senantiasa kurang, dan kita berada pada jamaah yang dengannya kita mampu menjaga amal.
Rosulullah dalam hadist mengingatkan kita bahwa akan ada sekelompok orang yang paling baik tentang urusan khilafah/pemerintahan namun mereka enggan untuk meminta jabatan, dan ada yang paling buruk dalam urusan itu yaitu mereka yang tamak dengan jabatan merela rela mengatakan sesuatu untuk memperoleh dukungan dengan jalan kemunafikan. Mereka mengatakan begitu pada satu kelompok dan begitu pada yg lain. Itulah orang yang oportunis dalam politik. Dan hampir-hampir tidak kita ketemukan satu orangpun dari para pemimpin kita kecuali orang yang oportunis ini sehingga amat wajar jika pemerintahan ini hancur.
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang lurus, orang yang tidak terbesit sedikitpun tentang dorongan keduniaan dalam dakwah ini. Dan semoga itsar kita ditempatkan pada tempat yang benar.
“Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kamu mencintainya seperti kamu mencintai dirimu sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim).
Wallahu a'lam