Pemikiran tanpa Sebab dan Akibat.

http://anatomidakwah.blogspot.com/2013/09/pemikiran-tanpa-sebab-dan-akibat.html

Pemikiran tanpa Sebab dan Akibat
Jika kita pernah membaca kita 'Peraturan Hidup Dalam Islam' yang dikeluarkan Hizbut Tahrir kita akan mendapati pendapat bahwa masyarakat terbentuk dari tiga elemen yaitu pemikiran, perasaan, dan peraturan. Dan kita menemui pendapat bahwa kebangkitan akan diperoleh dengan pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan serta hubungannya dengan sesuatu sebelum dan sesudah kehidupan atau dengan kata lain kebangkitan akan muncul karena akidah yang diemban sebuah masyarakat. Akidah ini akan memunculkan perasaan, pemikiran, dan peraturan. Kemudian ada namanya ideologi/mab'da yaitu akidah aqliyah yang menghasilkan peraturan. Akidah dalam hal aqliyah ini ada dalam bentuk Islam, Kapitalisme, dan Sosialisme. Bukan untuk menyamakan Islam dan dua ideologi lain atau meminggirkan agama lain. Namun kita akan dapati ruh dari terbentuknya negara atau kebangkitan terpengaruh ketiga ideologi ini.
Islam berbeda dari kedua ideologi lainnya karena dalam sosialisme dan kapitalisme ideologi ruhiyah tidak distandarkan pada agama tertentu. Kapitalisme muncul dari sekulerisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan, sedang sosialisme mengingkari adanya peran agama. Sedang Islam memiliki akidah ruhiyah, berupa ketundukan dan ketakwaan kepada Allah, atas apapun yang diturunkanNya dan menjalankan tanpa rasa berat dan penuh keridhaan. Islam juga memiliki akidah siyasah yaitu mengatur bagaimana kewajiban berkumpul dalam negara untuk memenuhi atau mengurus urusan rakyat. Berbeda dengan kedua ideologi tadi bahwa akidah siyasahnya ditentukan oleh kecerdasan manusia atau hal yang semisal. Sehingga dalam keadaan ini manusia akan membentuk aturannya, pemikirannya, dan apapun dalam negaranya sesuai kesepakatan akal mereka.
Dari sini kita mendapat dua hal pemisal besar yaitu wahyullah dan akal manusia. Dari pemahaman yang kita ketahui bahwa apa-apa yang tidak terstandar dengan wahyu atau apapun yang diperintahkanNya adalah hawa nafsu. Hawa nafsu diadili berdasarkan pendapat dan dukungannya diantara manusia bukan berdasarkan apa yang paling rajih kuat diantara dalil yang Allah turunkan. Salah satu pilar dalam menghidupkan akidah hawa nafsu ini adalah DEMOKRASI. Demokrasi adalah sistem dimana kedaulatan ada pada rakyat terlepas bentuk dan kesusuaiannya dengan dalil. Pendapat yang muncul berupa peraturan, pemikiran, dan perasaan dalam demokrasi sesuai mayoritas suara tanpa ada pentarjihan sesuai dalil dan ilmu ushul yang dikenal dimasyarakat.
Selain itu hasih banyak lagi pemikiran didunia ini dan kesemuanya itu harus dipahami dan dihukumi sesuai dalil syara'. Pemikiran adalah yang mampu menghasilkan amal, bukan yang lain, bukan sastra atau seni belaka. Pemikiran ini muncul dari banyak sumber namun kebenarannya perlu dipahami dengan mendalam. Dan yang paling penting semua pemikiran ini ada SEBAB ia lahir dan ada AKIBAT dari penerapannya. Dan sebagai seorang muslim kita harus memahami pemikiran mana yang boleh dan tidak boleh diambil dan bagaimana cara untuk menentukannya.
Wallahu a'lam.