Pangan Nusantara, dalam Titik Nadir Kehidupan.

http://anatomidakwah.blogspot.com/2012/10/pangan-nusantara-dalam-titik-nadir.html

Bahan pangan terbesar negeri ini adalah beras yang berasal dari tanaman padi(Oryza sativa) berkisar di angka 96,87%. Kebutuhan akan beras perkapita pertahun adalah sekitar 133 kg dengan impor sebesar kurang lebih 2 jt ton. Sedangkan produksi nasional adalah sebesar 33.540 juta ton(2004). Sebelum beranjak kepada apa saja yang akan dibahas kita akan mendefinisikan pangan sebagai batasan, pangan adalah sumber energi dan zat gizi yang dipengaruhi oleh ‘budaya’ dan ‘gaya hidup’. Fakta ini di ampbil karena setiap daerah atau negara memiliki sumber pangan khas yang terpengaruh oleh budaya, atau seseorang memiliki gaya hidup yang berbeda misalnya diet atau sebagainya hingga tidak mengkonsumsi karbohidrat yang lebih. Dalam UU pangan disebutkan pangan adalah kebutuhan pokok manusia. Memang benar bahwa pangan adalah kebutuhan pokok manusia sebagaimana kita ketahui bersama dalam daulah Islam dari enam kebutuhan yang wajib di penuhi secara individu termasuk diantaranya adalah pangan.
Dalam banyak seminar dan simposium nasional tidak jauh dari
tujuan “ketahanan pangan” yang berarti adalah tersedianya pangan bagi negeri
dan dapat dijangkau oleh rakyat dengan kecukupan mutu, keamanan, jumlah.
Masalah general dalam pangan adalah (1).Kebijakan ekonomi makro menjadikan
pertanian hanya penopang pembangunan sehingga kurang ‘dilirik’,
(2).Meningkatnya jumlah populasi,(3).Kurangnya prosuksi dari perani karena
kebijakan harga input dan harga komoditas.(4).Kesenjangan antara produksi dan
kebutuhan.(5).Tertumpunya pada beras.
Kecenderungan sekarang memang konsumsi gandum cukup tinggi
dari mulai roti hingga mie instant membuat impor gandum sangat tinggi sekitar
4,5 juta ton, selain itu jagung 1 juta ton, garam 1 juta ton, kedelai 0,8 juta
ton, gula 1,6 juta ton, dan ternak sapi 450.000 ekor. Sebagai intelektual
pertanian kita seharusnya mampu melakukan perubahan untuk meningkatkan status
pertanian negeri ini yaitu membantu inovasi guna adanya intensifikasi,
mengontrol penggunaan lahan dan perluasan lahan, melakukan rekayasa genetik,
membantu program diversifikasi pangan, dan membantu mencari sumber pangan
negeri alternatif baru.
Permasalah budidaya mungkin bukan sesuatu yang menjadi pokok
karena sebenarnya pertanian di tumpu pada satu aspek terpenting yaitu “lahan”
dimana kita akan menemukan banyak hadist yang berkenaan dengan pengurusan
tanah, dari mulai bagi hasil, perdagangan pertanian, zakat pertanian,
ajir(tanda batar), mekanisme memperoleh tanah, dan lainnya.
Sistem budidaya
Pangan.
Secara garis besar budi daya pangan terbagi menjadi tahap
persiapan, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pascapanen. Persiapan berupa
persiapan benih dan media tanam(karena bukan hanya tanah). Penanaman
disesuaikan dengan komuditas bisa berupa lubang tanam, tebar, tugal, bedengan,
guludan, Raynoso, juring dan lainnya. Pemeliharaan berupa pengendalin
OPT(organisme penggangu tanaman) misalnya hama, gulma, dan penyakit, pemupukan
pengarian. Untuk panen bisa dengan mekanik atau manual yang ditentukan cara dan
waktunya. Pasca panen sebenarnya bukan termasuk teknik budidaya.
Sistem budidaya yang paling berkembang di Indonesia adalah
budidaya padi karena memang menjadi penopang utama pangan nasional, padi 97% atau
148 juta ha adalah lahan padi sawah sisanya 13% atau 19 juta adalah padi gogo.
Produktivitas padi sawah lebih besar sekitar 5 ton/ha sedangkan padi gogo
sebesar 1-3 ton/ha. Dilihat dari sumber pengairan budidaya padi dibagi menjadi
sawah irigasi, tadah hujan, lebak, dan pasang surut. Ciri dari padi sawah
adalah adanya hard pan, genangan, dan pelumpuran dan pematang.
Perbedaan padi gogo dengan padi sawah adalah, padi gogo di
tanam pada lahan kering, sedangkan padi gogo rancah tanam saat kering dan
pengenangan tergantung hujan. Masalah pada padi gogo adalah (1)Stress air
sehingga fase pembungaan lambat, jumlah anankan produktif sedikit, gabah hampa
meningkat, bobot kering rendah, sehingga indeks panen rendah. (2)serangan OPT
tinggi(blast dan wereng). (3)Tanah kurang subur(BO rendah, masam, dan erosi).
Padi gogo menyumbang 5% dari produksi nasional, sehingga banyak upaya untuk
memanfaatkan dan meningkatkan jumlah ini dari penggunaan varietas yang adaktif
dengan kebutuhan benih 25-75 kg/ha. Pengolahan tanah(sempurna, minimum tillage,
zero tillage). Cara tanam(tebar-larikan atau rata- dan tugal). Penggunaan lahan
kering menyebabkan masalah pada hara misalnya sumpai N rendah NO3- mudah
hilang. Sehingga perlu adanya pemupukan N secara berkala 14 HST, 42 HST, dan
sebelum promordia(agar tanaman tidak rebah). pH masam sehingga P terikat, Al
dan Mn menjadi toxic. Ketersediaan Si rendah(mudah terserang penyakit
blash/karat-Pylicularia orizae-).
Pokok budidaya padi
sawah.
(1)
Persiapan lahan, lahan pertama di bajak untuk
mengubur sisa jerami, kemudian di genangi dan diolah untuk melakukan pelumpuran(paddling)
dan perataan(leveling) mata bajak yang dipakai akalah singkal dan
rotary/glebeg.
(2)
Persemaian, benih yang ada dipisahkan dari yang
hampa,kemudian direndam selama 24 jam, dan di inkubasi dalam karung basah
selama 24 jam atau hingga melentis(keluar akar berwarna putih).
(3)
Tempat persemaian, sebaiknya dekat area tanam,
jauh dari lampu, tidak ternaungi, saluran irigasi mudah(diari dan dibuang).
Bentuk persemaian adalah bedengan selebar 1,2 m dengan jarak bedengan 30 cm.
Bedengan dapat di pagari dengan plastik agar tidak terserang hama. Dapat pula di pupuk dengan urea 20-40 g/m2.
Luas persemaian sekira 4-5% dari area tanam.
(4)
Pemanenan bibi padi, dilakukan dengan cabut
samping atau diagonal setelah 10-18 hari, kemudian akar di bersihkan.
(5)
Penanaman, setelah 10-18 hari dipersemaian bibit
siap tanam. Dengan sati lubang tanam 1-2 bibit. Jumlah anakan yang diharapkan
sekirat 35-40 anakan. Jarak tanam sesuai keinginan.
(6)
Pengairan di lakukan saat macak-macak. Digenangi
secara berangsur-angsur setinggi 2,5 cm selama 10 hari. Kemudian dibiarkan
kering(5-6 hari). Kemudian setiap tanah kering dan satu hari rekat genangi
setinggi 5 cm hingga selesai masa primordia pembungaan. Setelah primordi
apembungaan hingga 10 hari sebelum panan air dijaga pada ketinggian 5 cm. Kemudian
lahan dikeringkan hingga panen.
(7)
Pemeliharaan terhadap OPT dan pemupukan.
Pengendalian terhadap OPT sangat penting karena dapat
menyebabkan kerugian. Pengendalian mengikuti urutan yaitu pertama pengunaan
varietas yang tahan, kemudian pemanfaatan musuh alami, menggunakan mekanik,
fisik, pestisida jika diperlukan(biopestisida).
Pada OPT jenis gulma akan menyebabkan kompetitor bagi
tanaman, mengurangi efisiensi pemupukan , irigasi mengganggu kinerja mesian dan alat,
menimbulkan kerugian ekonomi, inang bagi penyakit. Pengendaliannya beruapa
manual atau herbisida yang sesuai. Prinsipnya adalah menekan seminimum mungkin
dan menciptakan suasana ‘tidak nyaman’. Pengendalinan terpadu lebih efektif
dari pada pengendalian tunggal sehingga harus dikombinasikan antara pengelolaan
tanah, penggenangan, rotasi, pemupukan, kimia, biologi, dan kultur teknis.
Dalam setiap fase akan ada banyak hama dan penyakit yang muncul terkadang
berganti atau tetap.
Sebagai seorang agronomis dituntut untuk memahami masalah
dan teknik budidaya pertanian serta komponen penunjang lain seperti kontrol
kebijakan pemerintah, menjadi penggerak inovasi dan penyuluh untuk
kesejahteraan masyarakat. Semua tidak terlepas dari semangat untuk belajar,
untuk memahami bukan hanya menjadi agronomis cumlaude namun tidak memahami
hakekak pertanian dan ilmu penunjang lain.
Sumber : bahan kuliah Ilmu Tanaman Pangan(AGH 340),
Departeman Agronomi dan Holtikultura, IPB.
Senin 22 Oktober 2012 menjelang Ujian Tengah Semester.^^