Pangan Nusantara, dalam Titik Nadir Kehidupan.


“Masalah pangan adalah tentang hidup dan matinya bangsa” begitulah kurang lebih makna yang coba di sampaikan oleh bapak negeri ini sang singa podium Bung Karno saat meresmikan Institut Pertanian Bogor. Telah 49 tahun IPB berdiri mengawal dan menjadi inovator pertanian nusantara, entah sudah berapa inovasi, varietas, teknologi, dan penelitian yang membuat negeri ini pada keaadaan seperti saat ini. Inovasi potensial negeri ini sebagian besar berasal dari “kampus rakyat” yang berdiri tahun 1963 yang awalnya adalah fakultas pertanian, Universitas Indonesia. Entah sudah berapa ribu lulusan sarjana strata satu, dua dan tiga, entah sudah berapa profesor yang dimiliki kampus rakyat ini. Namun apa penyebab masih terpuruknya masalah pangan negeri ini.

Bahan pangan terbesar negeri ini adalah beras yang berasal dari tanaman padi(Oryza sativa) berkisar  di angka 96,87%. Kebutuhan akan beras perkapita pertahun adalah sekitar 133 kg dengan impor sebesar kurang lebih 2 jt ton. Sedangkan produksi nasional adalah sebesar 33.540 juta ton(2004). Sebelum beranjak kepada apa saja yang akan dibahas kita akan mendefinisikan pangan sebagai batasan, pangan adalah sumber energi dan zat gizi yang dipengaruhi oleh ‘budaya’ dan ‘gaya hidup’. Fakta ini di ampbil karena setiap daerah atau negara memiliki sumber pangan khas yang terpengaruh oleh budaya, atau seseorang memiliki gaya hidup yang berbeda misalnya diet atau sebagainya hingga tidak mengkonsumsi karbohidrat yang lebih. Dalam UU pangan disebutkan pangan adalah kebutuhan pokok manusia. Memang benar bahwa pangan adalah kebutuhan pokok manusia sebagaimana kita ketahui bersama dalam daulah Islam dari enam kebutuhan yang wajib di penuhi secara individu termasuk diantaranya adalah pangan.
Dalam banyak seminar dan simposium nasional tidak jauh dari tujuan “ketahanan pangan” yang berarti adalah tersedianya pangan bagi negeri dan dapat dijangkau oleh rakyat dengan kecukupan mutu, keamanan, jumlah. Masalah general dalam pangan adalah (1).Kebijakan ekonomi makro menjadikan pertanian hanya penopang pembangunan sehingga kurang ‘dilirik’, (2).Meningkatnya jumlah populasi,(3).Kurangnya prosuksi dari perani karena kebijakan harga input dan harga komoditas.(4).Kesenjangan antara produksi dan kebutuhan.(5).Tertumpunya pada beras.
Kecenderungan sekarang memang konsumsi gandum cukup tinggi dari mulai roti hingga mie instant membuat impor gandum sangat tinggi sekitar 4,5 juta ton, selain itu jagung 1 juta ton, garam 1 juta ton, kedelai 0,8 juta ton, gula 1,6 juta ton, dan ternak sapi 450.000 ekor. Sebagai intelektual pertanian kita seharusnya mampu melakukan perubahan untuk meningkatkan status pertanian negeri ini yaitu membantu inovasi guna adanya intensifikasi, mengontrol penggunaan lahan dan perluasan lahan, melakukan rekayasa genetik, membantu program diversifikasi pangan, dan membantu mencari sumber pangan negeri alternatif baru.
Permasalah budidaya mungkin bukan sesuatu yang menjadi pokok karena sebenarnya pertanian di tumpu pada satu aspek terpenting yaitu “lahan” dimana kita akan menemukan banyak hadist yang berkenaan dengan pengurusan tanah, dari mulai bagi hasil, perdagangan pertanian, zakat pertanian, ajir(tanda batar), mekanisme memperoleh tanah, dan lainnya.
Sistem budidaya Pangan.
Secara garis besar budi daya pangan terbagi menjadi tahap persiapan, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pascapanen. Persiapan berupa persiapan benih dan media tanam(karena bukan hanya tanah). Penanaman disesuaikan dengan komuditas bisa berupa lubang tanam, tebar, tugal, bedengan, guludan, Raynoso, juring dan lainnya. Pemeliharaan berupa pengendalin OPT(organisme penggangu tanaman) misalnya hama, gulma, dan penyakit, pemupukan pengarian. Untuk panen bisa dengan mekanik atau manual yang ditentukan cara dan waktunya. Pasca panen sebenarnya bukan termasuk teknik budidaya.
Sistem budidaya yang paling berkembang di Indonesia adalah budidaya padi karena memang menjadi penopang utama pangan nasional, padi 97% atau 148 juta ha adalah lahan padi sawah sisanya 13% atau 19 juta adalah padi gogo. Produktivitas padi sawah lebih besar sekitar 5 ton/ha sedangkan padi gogo sebesar 1-3 ton/ha. Dilihat dari sumber pengairan budidaya padi dibagi menjadi sawah irigasi, tadah hujan, lebak, dan pasang surut. Ciri dari padi sawah adalah adanya hard pan, genangan, dan pelumpuran dan pematang.
Perbedaan padi gogo dengan padi sawah adalah, padi gogo di tanam pada lahan kering, sedangkan padi gogo rancah tanam saat kering dan pengenangan tergantung hujan. Masalah pada padi gogo adalah (1)Stress air sehingga fase pembungaan lambat, jumlah anankan produktif sedikit, gabah hampa meningkat, bobot kering rendah, sehingga indeks panen rendah. (2)serangan OPT tinggi(blast dan wereng). (3)Tanah kurang subur(BO rendah, masam, dan erosi). Padi gogo menyumbang 5% dari produksi nasional, sehingga banyak upaya untuk memanfaatkan dan meningkatkan jumlah ini dari penggunaan varietas yang adaktif dengan kebutuhan benih 25-75 kg/ha. Pengolahan tanah(sempurna, minimum tillage, zero tillage). Cara tanam(tebar-larikan atau rata- dan tugal). Penggunaan lahan kering menyebabkan masalah pada hara misalnya sumpai N rendah NO3- mudah hilang. Sehingga perlu adanya pemupukan N secara berkala 14 HST, 42 HST, dan sebelum promordia(agar tanaman tidak rebah). pH masam sehingga P terikat, Al dan Mn menjadi toxic. Ketersediaan Si rendah(mudah terserang penyakit blash/karat-Pylicularia orizae-).
Pokok budidaya padi sawah.
(1)    Persiapan lahan, lahan pertama di bajak untuk mengubur sisa jerami, kemudian di genangi dan diolah untuk melakukan pelumpuran(paddling) dan perataan(leveling) mata bajak yang dipakai akalah singkal dan rotary/glebeg.
(2)    Persemaian, benih yang ada dipisahkan dari yang hampa,kemudian direndam selama 24 jam, dan di inkubasi dalam karung basah selama 24 jam atau hingga melentis(keluar akar berwarna putih).
(3)    Tempat persemaian, sebaiknya dekat area tanam, jauh dari lampu, tidak ternaungi, saluran irigasi mudah(diari dan dibuang). Bentuk persemaian adalah bedengan selebar 1,2 m dengan jarak bedengan 30 cm. Bedengan dapat di pagari dengan plastik agar tidak terserang hama.  Dapat pula di pupuk dengan urea 20-40 g/m2. Luas persemaian sekira 4-5% dari area tanam.
(4)    Pemanenan bibi padi, dilakukan dengan cabut samping atau diagonal setelah 10-18 hari, kemudian akar di bersihkan.
(5)    Penanaman, setelah 10-18 hari dipersemaian bibit siap tanam. Dengan sati lubang tanam 1-2 bibit. Jumlah anakan yang diharapkan sekirat 35-40 anakan. Jarak tanam sesuai keinginan.
(6)    Pengairan di lakukan saat macak-macak. Digenangi secara berangsur-angsur setinggi 2,5 cm selama 10 hari. Kemudian dibiarkan kering(5-6 hari). Kemudian setiap tanah kering dan satu hari rekat genangi setinggi 5 cm hingga selesai masa primordia pembungaan. Setelah primordi apembungaan hingga 10 hari sebelum panan air dijaga pada ketinggian 5 cm. Kemudian lahan dikeringkan hingga panen.
(7)    Pemeliharaan terhadap OPT dan pemupukan.
Pengendalian terhadap OPT sangat penting karena dapat menyebabkan kerugian. Pengendalian mengikuti urutan yaitu pertama pengunaan varietas yang tahan, kemudian pemanfaatan musuh alami, menggunakan mekanik, fisik, pestisida jika diperlukan(biopestisida).
Pada OPT jenis gulma akan menyebabkan kompetitor bagi tanaman, mengurangi efisiensi pemupukan , irigasi  mengganggu kinerja mesian dan alat, menimbulkan kerugian ekonomi, inang bagi penyakit. Pengendaliannya beruapa manual atau herbisida yang sesuai. Prinsipnya adalah menekan seminimum mungkin dan menciptakan suasana ‘tidak nyaman’. Pengendalinan terpadu lebih efektif dari pada pengendalian tunggal sehingga harus dikombinasikan antara pengelolaan tanah, penggenangan, rotasi, pemupukan, kimia, biologi, dan kultur teknis. Dalam setiap fase akan ada banyak hama dan penyakit yang muncul terkadang berganti atau tetap.
Sebagai seorang agronomis dituntut untuk memahami masalah dan teknik budidaya pertanian serta komponen penunjang lain seperti kontrol kebijakan pemerintah, menjadi penggerak inovasi dan penyuluh untuk kesejahteraan masyarakat. Semua tidak terlepas dari semangat untuk belajar, untuk memahami bukan hanya menjadi agronomis cumlaude namun tidak memahami hakekak pertanian dan ilmu penunjang lain.
Sumber : bahan kuliah Ilmu Tanaman Pangan(AGH 340), Departeman Agronomi dan Holtikultura, IPB.
Senin 22 Oktober 2012 menjelang Ujian Tengah Semester.^^

Related

pendidikan 1771593093338461002

Posting Komentar

emo-but-icon
:noprob:
:smile:
:shy:
:trope:
:sneered:
:happy:
:escort:
:rapt:
:love:
:heart:
:angry:
:hate:
:sad:
:sigh:
:disappointed:
:cry:
:fear:
:surprise:
:unbelieve:
:shit:
:like:
:dislike:
:clap:
:cuff:
:fist:
:ok:
:file:
:link:
:place:
:contact:

Follow Us

TranslateStatistik

Translate

Statistik

5475

Iklan

Silahkan hubungi kami untuk memasang iklan

Tentang

Nama : Muhammad Isnan, seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor, jurusan Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian.

Aktif di lembaga dakwah kampus, LDK BKIM IPB. Menyusuri setiap jejak langkah pejuang untuk mengembalikan kehidupan Islam dengan menerapkan syariah secara kaffah dalam naungan Khilafah.
item